Kamis, 16 Oktober 2008

Upaya Menyusun Cerita

Apakah yang dimaksud dengan cerpen? Pertanyaan ini tentu saja bisa mempunyai banyak jawaban. Disebut cerita pendek karena struktur cerita dan bentuk formal cerita itu biasanya (memang) pendek. Rata-rata cerpen berkisar antara 6 sampai 8 halaman kuarto. Ini bukan harga mati, sebab bisa saja lebih pendek (perhatikan cerpen pendeknya Sapardi Djoko Damono) atau lebih panjang (biasa disebut dengan novelet--cerita pendek yang panjang). Mochtar Lubis menyatakan bahwa cerpen akan habis dibaca dalam "sekali duduk", habis dibaca saat kita menunggu bus di terminal atau saat menunggu panggilan di ruang tunggu dokter. Sesungguhnya bukan hanya panjang--pendeknya halaman atau cepat lambatnya waktu membaca yang jadi "ukuran" penilaian apakah sebuah cerita dinamakan cerpen atau bukan cerpen. Hal yang lebih penting dari semua itu adalah kompleksitas persoalan yang dijabarkan: cerpen lebih cenderung merupakan cerita dengan kesan tunggal.
Struktur cerpen biasanya terdiri dari: (a) bagian awal (pembukaan), (b) bagian tengah (konflik), dan (c) bagian akhir (penyelesaian konflik). Pada bagian awal pembaca diperkenalkan dengan tokoh/latar dan persoalan yang dihadapi tokoh. Pada bagian awal ini sudah membayang konflik atau persoalan yang hendak dipaparkan selanjutnya. Oleh sebab itu, bagian awal cerita mempunyai dua tuntutan, yaitu harus menarik di satu sisi dan di sisi lainnya tidak bertele-tele. Dengan kata lain, ringkas padat dengan tidak kehilangan daya tarik atau daya pukau. Hal ini dilakukan untuk menjaga dan merangsang keingintahuan (curiosity) pembaca. Coba misalnya kita membayangkan membuat cerita mengenai Ani yang tertekan karena bapaknya ketahuan korupsi. Langkah pertama yang harus dilakukan adalah membayangkan adegan yang terjadi (misalnya Ani bertemu dengan beberapa orang temannya dan mereka memberikan reaksi terhadap kedatangan Ani). Langkah kedua adalah memberi setting (misalnya di dalam kelas). Berikutnya adalah melukiskan suasana (apakah Ani merasa nyaman atau tidak), dan langkah terakhir adalah melukiskan konflik (Ani mulai tidak merasa nyaman berhubungan dengan teman-teman di kelasnya, ia mulai salah tingkah). Beberapa unsur tersebut (adegan, setting, suasana, dan konflik) kita bayangkan sedemikian rupa sehingga muncul sebagai kerangka sederhana (tapi menarik) untuk membuka sebuah cerita. Hal yang perlu diingat adalah bahwa secara garis besar cerita dapat kita bagi menjadi tiga bagian: awal (pembuka)--berisi pengenalan latar dan tokoh, peristiwa mulai bergerak (ada action), tengah--berisi berbagai konflik, dan akhir (penutup) berisi pemecahan permasalahan....

1 Komentar:

Blogger Cumbi mengatakan...

Ya, benar juga-bukan karena sekadar ikutan atau entah apalagi namanya-pertanyaan acap muncul: apakh cerpen itu. Hmm. Barangkali sesuatu yang pokoknya bercerita. Barangkali sesuatu yang bertokoh, berlatar, dan sebagainya-pokoknya segala yang ada dalam keintrisikan sebuah penceritaan. kemudian masing berpersepsi: Cerita yang benar-benar pendek atau "pendek"-nya itu apa; tilisannya-kah, minimalisnya para tokoh-kah, dan sebagainya. Hmm

5 November 2008 pukul 22.31  

Posting Komentar

Berlangganan Posting Komentar [Atom]

<< Beranda